IBNU Athaillah berkata, “Dia memberimu sehat, sakit, kaya, miskin, gembira, dan duka agar kau mengenal-Nya dengan seluruh sifat-Nya. Tidaklah Allah memperlihatkan ketaatan, sakit, atau rasa butuh pada dirimu kecuali untuk mengujimu. Jika kau ingin diberi berbagai karunia, luruskan rasa butuh dan papa pada dirimu. ‘Sedekah hanya diberikan kepada orang papa dan miskin.’ (QS. At-taubah : 60). Nabi SAW bersabda, ‘Orang yang mendapat ujian terberat adalah para Nabi, kemudian orang-orang sesudah mereka, lalu orang-orang sesudah mereka.’” (HR. Ahmad
Allah menetapkan dunia bercampur dengan kekeruhan dan menghias kenikmatan dengan keseriusan. Apa hikmah di balik itu semua? Hikmahnya jelas nampak pada dua kenyataan.
Pertama, Allah SWT menjadikan dunia sebagai tempat pemberian beban. Bahkan, bisa dikatakan dunia sebagai tempat medan ujian. Seandainya kehidupan yang Allah berikan kepada manusa hanya berupa kenikmatan tanpa kesulitan dan hanya berisi kesenangan, dari sikap seperti apa dan dari ketaatan yang mana penghambaan manusia kepada Allah terwujud?
Kedua, yang perlu diperhatikan adalah bahwa kehidupan dunia telah ditentukan batas waktunya. Kehidupan dunia merupakan periode ujian, yang akan menentukan apakah seseorang menuju tempat hukuman ataukah ganjaran. Pintu gerbang antara ujian dan balasan adalah kematian.
Jadi, hikmah di balik kehidupan dunia yang singkat ini, kehidupan yang laksana peristirahatan seorang musafir adalah nikmat yang bersih dari segala keruh dan kotoran. []
Sumber:www.islampos.com
loading...