Tak sedikit orang yang sering sekali menyalakan kipas angin saat tidur. Bahkan saking seringnya, mereka akan sulit tidur ketika tak ada kipas angin karena merasa gerah dan panas. Memang kipas angin dapat memberikan kenyamanan karena bisa dengan cepat menghilangkan rasa gerah dan panas. Tapi tahukah kamu kalau ternyata membiarkan tubuh terkena kipas angin semalaman ternyata tak baik untuk tubuh?
Dokter Budi Laksono, dosen luar biasa Universitas Diponegoro dan Griffith University Australia mengungkapkan jika kenyamanan kulit manusia itu berbeda-beda dan tergantung pada daerah tempat tinggalnya. Orang Indonesia, kata dokter Budi cenderung nyaman pada suhu sekitar 27-30 derajat celcius, sedangkan orang barat cenderung nyaman pada kisaran suhu 18 derajat celcius.
Permasalahannya pada situasi tertentu, terutama di perkotaan, suhu cuaca saat malam bisa sekitar 32-33 derajat celcius sehingga jauh dari suhu nyaman tubuh manusia umumnya. Hal itulah yang kemudian membuat banyak orang mencari cara agar bisa mendapatkan suhu yang nyaman, seperti menggunakan AC atau kipas angin.
Tapi jika kipas angin secara kontinu diarahkan pada tubuh ternyata tak baik. Menurut dokter lulusan Queensland University Australia ini, kondisi orang saat tidur itu mempunyai refleks yang berbeda ketimbang saat sadar.
"Saat seseorang tidur dengan menyalakan kipas angin, mereka tak akan sadar dan terbangun ketika sudah merasa kedinginan," kata dokter Budi ketika berbincang dengan brilio.net, Kamis (17/12).
Dampak dari menghidupkan kipas angin semalaman, udara yang ada di kamar akan terasa sangat dingin, sehingga udara yang masuk ke paru-paru juga akan dingin. Hal itu kemudian bisa menyebabkan batuk, pilek, bahkan tenggorokan kering yang meningkatkan risiko terkena nyeri tenggorokan. Maka tak heran jika saat orang terbangun dari tidur, mereka bisa merasa dehidrasi dan membutuhkan minum.
Selain itu, ketika angin yang dihasilkan kipas angin langsung mengenai tubuh, maka aliran udara yang cukup keras akan mengenai hidung. Ketika itu terjadi, otomatis saluran pernapasan atas, yakni hidung dan tenggorokan akan kering yang akan meningkatkan risiko terkena infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).
Menurut dokter Budi yang telah menyelesaikan studi doktoralnya di Universitas Diponegoro, mereka yang ingin menggunakan kipas angin harus membatasi waktu penggunaan, misal dengan diberi timer atau dimatikan saat sudah sangat mengantuk. Selain itu, cara lain juga bisa dilakukan dengan membuat angin yang dihasilkan kipas angin tak langsung mengenai tubuh. Kipas angin bisa diarahkan ke atas atau dipantulkan terlebih dahulu pada tembok atau benda lainnya. - via: brilio.net
Suka dengan ini?
|
Dokter Budi Laksono, dosen luar biasa Universitas Diponegoro dan Griffith University Australia mengungkapkan jika kenyamanan kulit manusia itu berbeda-beda dan tergantung pada daerah tempat tinggalnya. Orang Indonesia, kata dokter Budi cenderung nyaman pada suhu sekitar 27-30 derajat celcius, sedangkan orang barat cenderung nyaman pada kisaran suhu 18 derajat celcius.
Permasalahannya pada situasi tertentu, terutama di perkotaan, suhu cuaca saat malam bisa sekitar 32-33 derajat celcius sehingga jauh dari suhu nyaman tubuh manusia umumnya. Hal itulah yang kemudian membuat banyak orang mencari cara agar bisa mendapatkan suhu yang nyaman, seperti menggunakan AC atau kipas angin.
Tapi jika kipas angin secara kontinu diarahkan pada tubuh ternyata tak baik. Menurut dokter lulusan Queensland University Australia ini, kondisi orang saat tidur itu mempunyai refleks yang berbeda ketimbang saat sadar.
"Saat seseorang tidur dengan menyalakan kipas angin, mereka tak akan sadar dan terbangun ketika sudah merasa kedinginan," kata dokter Budi ketika berbincang dengan brilio.net, Kamis (17/12).
Dampak dari menghidupkan kipas angin semalaman, udara yang ada di kamar akan terasa sangat dingin, sehingga udara yang masuk ke paru-paru juga akan dingin. Hal itu kemudian bisa menyebabkan batuk, pilek, bahkan tenggorokan kering yang meningkatkan risiko terkena nyeri tenggorokan. Maka tak heran jika saat orang terbangun dari tidur, mereka bisa merasa dehidrasi dan membutuhkan minum.
Selain itu, ketika angin yang dihasilkan kipas angin langsung mengenai tubuh, maka aliran udara yang cukup keras akan mengenai hidung. Ketika itu terjadi, otomatis saluran pernapasan atas, yakni hidung dan tenggorokan akan kering yang akan meningkatkan risiko terkena infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).
Menurut dokter Budi yang telah menyelesaikan studi doktoralnya di Universitas Diponegoro, mereka yang ingin menggunakan kipas angin harus membatasi waktu penggunaan, misal dengan diberi timer atau dimatikan saat sudah sangat mengantuk. Selain itu, cara lain juga bisa dilakukan dengan membuat angin yang dihasilkan kipas angin tak langsung mengenai tubuh. Kipas angin bisa diarahkan ke atas atau dipantulkan terlebih dahulu pada tembok atau benda lainnya. - via: brilio.net
loading...